Who Am I

Perkataan diatas yang sering kita Tanyakan pada diri kita. Mungkin tiap malam kita selalu berpikir untuk mencari jati diri. Siapa kita/aku, kita/aku diciptakan untuk apa, mengapa kita/aku tercipta di dunia ini?

Aku seorang mahasiswa yang tercipta dari segumpal darah yang ditiupkan nyawa oleh-Nya. yang sampai sekarang sedang berusaha untuk menemukan jati diri,masih belum bisa apa2,yang terus menerus menggantungkan orang tua. belum punya skill atau pun kemampuan lebih yang aku miliki. Tidak seperti apa yang dimiliki orang lain.

Aku bukanlah CR7 yang setiap tendangannya bisa menggetarkan gawang lawan.Aku bukanlah seorang pekukis yang setiap gagasannya bisa langsung melukiskan sebuah aneka warna dunia.Aku bukanlah seorang arsitek yang bisa membangun suatu fondasi yang mantap.Aku bukan seorang detektif yang selalu mengintai untuk mencari arti dan makna penting kehidupan.Aku bukanlah seorang astrolog yang bisa membaca dann menganalisis telapak tangan seseorang.Aku bukan seorang dosen/guru yang dijadikan teladan bagi orang lain.Aku bukan seorang dokter yang bisa menyembuhkan seorang pasien.

Bingung dech….
Gal tau wes siapa aku yang paling penting “aku adalah aku” bukan orang lain. ("tapi aku Punya keyakinan kalau saya akan jadi orang yang serba bisa, punya skill dan kemampuan lebih dari yang lain).
Mengapa saya bilang seperti itu, karena saya adalah sukses, dan sukses adalah saya. hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih baih dari hari ini.

Setiap orang tercipta didunia ini pasti punya tujuan tertentu yang punya kekurangan dan kelebihan masing2. Satu yang aku tahu mengapa kita tercipta di dunia,tidak lain hanyalah untuk takwa pada sang Khaliq. dan terus menebar kebaikan dan memberi manfaat sebanyak-banyaknya pada orang lain dan juga alam. That's It.

Hidup dan Mati

Hidup dan Mati di palu hakim

Dalam satu malam 3 manusia meregang nyawa.Ajal mereka telah ditentukan oleh sebuah keputusan ketukan palu hakim. Tuhan saja Maha Pengampun, arifkah sebuah hukum itu?
Bukankah mereka sendiri yang membangun jalan itu menuju pada kematian itu. Bayangkanlah jika Dukun Usep tak memilih untuk berprofesi sebagai dukun yang menghabisi delapan nyawa “pasiennya”, bayangkanlah jika Sumiasih dan Sugeng tak menghabisi keluarga Letkol Agus Purwanto, tentu jalan menuju regu tembak tak bakal terjadi. (kompas)

Akankah ketegasan hukum ini membuat para pelaku kejahatan berpikir dua kali, bahkan ribuan kali ? Mengingat kematian, setidaknya juga bisa mencegah kerakusan dan ketamakan terhadap nikmat duniawi. Melembutkan hati seraya mengenangkan saat mati tiada ada yang kita bawa selain amal baik kita. Mendorong kita untuk bisa memaafkan dan menerima kesalahan serta kelemahan orang lain.
Ikhlaskah mereka dialam sana atas keputusan hukum jika mereka tahu para pelaksana hukum sendiri masih banyak yang melanggar hukum. Ah, itu kembali ke kodrat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang diterima dan tidak ada yang sempurna. Polisi, hakim, jaksa juga manusia *

yo'opo pendapatmu?

SEBELUM KITA MENGELUH

mr.president
1. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.

2. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

3. Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan.

4. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada
tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.

5. Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istrimu, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Allah untuk diberikan teman hidup.

6. Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

7. Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

8. Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya, pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

9. Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.

10. Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, pikirkan tentang pengangguran,
orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

11. Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.