Hidup dan Mati

Hidup dan Mati di palu hakim

Dalam satu malam 3 manusia meregang nyawa.Ajal mereka telah ditentukan oleh sebuah keputusan ketukan palu hakim. Tuhan saja Maha Pengampun, arifkah sebuah hukum itu?
Bukankah mereka sendiri yang membangun jalan itu menuju pada kematian itu. Bayangkanlah jika Dukun Usep tak memilih untuk berprofesi sebagai dukun yang menghabisi delapan nyawa “pasiennya”, bayangkanlah jika Sumiasih dan Sugeng tak menghabisi keluarga Letkol Agus Purwanto, tentu jalan menuju regu tembak tak bakal terjadi. (kompas)

Akankah ketegasan hukum ini membuat para pelaku kejahatan berpikir dua kali, bahkan ribuan kali ? Mengingat kematian, setidaknya juga bisa mencegah kerakusan dan ketamakan terhadap nikmat duniawi. Melembutkan hati seraya mengenangkan saat mati tiada ada yang kita bawa selain amal baik kita. Mendorong kita untuk bisa memaafkan dan menerima kesalahan serta kelemahan orang lain.
Ikhlaskah mereka dialam sana atas keputusan hukum jika mereka tahu para pelaksana hukum sendiri masih banyak yang melanggar hukum. Ah, itu kembali ke kodrat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang diterima dan tidak ada yang sempurna. Polisi, hakim, jaksa juga manusia *

yo'opo pendapatmu?

No comments:

Post a Comment