Wayang Kulit - shadow puppets


Wayang kulit adalah salah satu pagelaran seni tradisional Indonesia (jawa) yang terbuat dari bahan kulit sapi dan kerbau. Merupakan seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari lima abad. Pagelaran yang di sajikan semalam suntuk ini menjadi salah satu ruang yang tepat untuk melewatkan malam dan memahami filosofi kehidupan Jawa masa lampau.

Dalam kitab Arjuna disebutkan bahwa kesenian wayang sudah berkembang dan di gemari masyarakat sejak zaman Airlangga Raja Kahuripan, yang menurut beberapa sumber sejarah terletak di wilayah Kabupaten Mojokerto. Dari sumber cerita jawa menerangkan bahwa kesenian wayang juga di kembangkan pada masa pemerintahan Raja Sri Aji Jayabaya di Mamenang Kediri sejak tahun 930.

Kemunculan wayang memiliki cerita tersendiri terkait dengan masuknya Islam Jawa. Adopsi ini di lakukan karena wayang terlanjur dekat dengan orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat sebagai media dakwah penyebaran Islam, sementara di satu sisi Islam melarang bentuk seni rupa. Maka dari itu, diciptakan wayang kulit dimana orang hanya bisa melihat bayangan.

Dalang adalah orang yang memainkan wayang. Oleh saya, penghibur public terhebat di dunia. Selama semalam suntuk, mampu memainkan seluruh karakter actor wayang kulit (karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan, dan bahkan nyanyian). Ini dilakukan untuk menghidupkan suasana. Dalang tidak sendiri, dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan sinden yang menyanyikan lagu-lagu jawa.
Di Mojokerto kesenian wayang kulit dikembangkan oleh dalang Ki Asmoro dari Bjijong Trowulan dengan cirri khas daerah wayang versi Trowulan. Dalang Ki Asmoro boleh dikatakan perintis sekaligus sebagai guru dari dalang-dalang di Mojokerto yang dikenal hingga saat ini.


English version - Wayang Kulit - shadow puppets
Wayang kulit is the one traditional theatre in Indonesia (Java) it makes from skin by cow and buffalo. This show more than 5 century.

In Arjuna book, it is found that wayang kulit (shadow puppets) art has developed and been preferred by society since Airlangga (King oh Kahuripan), In which according to some historical sources, laid down on Mojokerto regency area. From Javanese story, it explains that wayang art is also developed in the era of Sri Aji Jayabaya King at Kediri since 930.

Wayang kulit (shadow puppets) have separate story entry of Islam. This adoption was done because wayang kulit nearby with Jawa society. So, becoming medium correst to spreading the missionize of Islam. Then wayang kulit (shadow puppets) is created where people just can see the shadow ,because Islam prohibit the fine arts.

Dalang is wayang kulit (shadow puppets) player. By me, the best public entertainer in the world. as long as the night, can play all character of wayang kulit (voice character,change intonation, expel joke, and sings). That is he do to lively atmosphere. Dalang not alone, the assist by gamelan musicians and Sinden its sing java songs.
At Mojokerto regency, the art of wayang kulit (shadow puppets) is developed by Ki Asmoro from Bjijong Trowulan with its area characteristics of Trowulan version. Ki Asmoro maybe called as the leader at once as master for other Dalang in Mojokerto regency until now.

No comments:

Post a Comment